Jumat, 15 Agustus 2008

di balik restu

pemain SMAN 1 Depok jogja
1. imam andrian risoyo
2. dyah ayu paramita
3. ezar elian
4. intan reni wulandari
5. angga jati loryan
6. veranita yulia
7. agatha sarmade
8. tegangatin
9. erista ayu

penulis skenario: imam andrian risoyo
dibantu: dyah ayu, veranita yulia, dan intan reni

Semenjak suaminya meninggal, Bu Made, harus merawat Tiara, anaknya, seorang diri. Semenjak saat itu ia mulai membatasi aktivitas Tiara sebagai murid SMA kelas 1.
Ibu : (menatap foto pak Made, menangis kemudian membaca puisi yang sejak tadi terletak di atas meja).
Ketika jiwa tinggalkan singgasana
Hati ini menunggu di nirwana
Penantian jemu yang lama
Tanpa senyum tuan putri

Sebuah ikatan ikrar cinta
Tak hapuskan memori
Meski tinggal raga
Rasa itu tetap mengendap di kalbu
Tak sekalipun mengelupas.
Suatu hari, Farel mengajak teman-temannya untuk merayakan ulang tahunnya di hutan cemara Kaliurang. Tak ketinggalan pula Tiara diajaknya. Akan tetapi Tiara menolaknya dengan alasan ibunya sendirian berada di rumah. Namun, Farel memaksanya hingga Tiara tak bisa mengelak.

Scene 1 (setting: rumah)
Sore harinya Tiara meminta izin kepada ibunya untuk pergi bersama teman-temannya di esok hari.
Tiara : “Mi, besok temanku ulang tahun…” (berbicara pelan sambil membaca majalah).
Ibu : (diam, acuh, mengaduk teh).
Tiara : “Rencananya akan dirayakan besok di Kaliurang…”
Ibu : (menoleh ke arah Tiara, masih diam).
Tiara : “Bo..bolehkan, Mi?” (memohon dengan perasaan takut).
Ibu : “jangan aneh-aneh!” (marah).
Tiara : (menunduk, diam).
Ibu : “Sudah, tinggal saja di rumah!!.” (berbicara sambil berbalik pergi).
Tiara : “Tapi Mi, Tiara sudah jan…” (mengejar ibunya sambil memohon).
Ibu : “Tidak ada tapi-tapian!!” (naik pitam).
Tiara : “Tolong Mi, kali ini saja.” (memohon).
Ibu : (acuh sambil berjalan menuju teras).

Scene 2 (setting: sekolah)
Keesokan harinya sepulang sekolah, Tiara meminta maaf kepada Farel karena tidak bisa pergi bersama Alexa, Alya, Aldo, Ratih, dan dia.
Tiara : “Maaf Rel, nanti sore aku tidak bisa ikut.”
Farel : “Ibumu lagi? Ayolah!” (memaksa). “Apa aku perlu membuat proposal agar ibumu mengizinkan?!”
Aldo : “Iya nih, jarang kan kita bisa pergi bersama.”
Ratih : “Ayolah Tir, temani kami!”
Alexa : “Huh, anak mami gitu loh!” (mengejek dengan ketus).
Ratih : “Diamlah kamu Alexa!” (marah).
Aldo : “Iya, kasihan kan Tiara!”
Tiara : (merunduk kemudian kembali) “Baik deh aku coba bujuk mami lagi.” (berbalik pergi untuk pulang).
Alya : “Kami tunggu ya!” (berteriak).

Scene 3 (setting: rumah)
Sesampainya di rumah, Tiara membujuk ibunya kembali agar diperbolehkan bergabung dengan teman-temannya. Ia menghampiri ibunya yang sedang memasak.
Tiara : “Izinkan Tiara berangkat Mi…..”
Ibu : (diam sejenak) “Perlu kau ketahui, banyak penculikan terjadi akhir ini!” (suara datar)
Tiara : “Tiara kan sudah besar, apalagi banyak teman di sana.”
Ibu : “Sama saja.” (jengkel).
Tiara : “Ayolah, sampai kapan Mami akan menahanku terus?” (mulai memaksa).
Ibu : (diam tak bisa menjawab).
Tiara : “Kalau saja papi…”
Ibu : (meneteskan air mata) “Pergilah! Jaga dirimu baik-baik!” (menuju kamar, meninggalkan Tiara sendirian).
Tiara : (bergegas mengambil peralatan lalu berhenti di depan kamar ibunya. Kemudian berjalan perlahan mendekati ibunya yang duduk termenung di atas ranjang) “Tiara pamit dulu ,Mi.” (bersuara pelan sambil mencium tangan ibunya lalu pergi).

Scene 4 (setting: rumah Farel)
Di rumah Farel, Ratih, sahabat Tiara, merasa aneh dengan tingkah sahabatnya tersebut.
Ratih : “Aneh sekali dirimu ini, ada apa? Katakanlah!”
Tiara : “Aku merasa bersalah karena harus memaksa mami.”
Ratih : “Salah gimana?”
Tiara : “Ya rasanya kita diikuti rasa dosa.”
Ratih : “Sudahlah, bukankah ibumu telah memberi izin? Udah jalani saja!”
Tiara : (tersenyum) “Benar banget, makasih ya!”
Ratih : “Itulah gunanya teman.”
Alya : “Semua sudah siap ayo kita berangkat!” (datang menghampiri Ratih dan Tiara).
Ratih : “Ayo!”
Farel : “Berangkat!” (berteriak kemudian semua berangkat)
Alexa : “Woi, tunggu!” (berteriak karena ketinggalan, tetapi semua tidak ada yang dengar, kemudian mengambil handphone di sakunya dan menelepon seseorang) “Al, gimana sih, aku jangan ditinggal dong! Kan aku belum begitu tahu Jogja!”
Alya : “Teman-teman tunggu, Alexa ketinggalan!” (berteriak kemudian semua anak berhenti mengendarai sepeda motor).
Ratih : “Apa? Alexa ketinggalan?”
Alya : “Iya.”
Farel : “Masak anak segede itu ketinggalan sih?”
Aldo : “Bukan anak gede, melainkan berdelapan! Ha….” (semua anak ikut tertawa).
Alya : (mengambil handphone dan menelepon Alexa) “Lex, kita tunggu di depan sekolah ya!”

Scene 5 (setting: hutan cemara)
Sesampainya di tempat tujuan, mereka segera mendirikan tenda.
Alexa : “Siapa yang tadi punya ide meninggalkanku?”
Alya : “Bukan aku, tapi dia!” (menunjuk Ratih).
Ratih : “Bukan aku, tapi dia!” (menunjuk Aldo).
Aldo : “Bukan, bukan aku! Tapi dia!” (menunjuk Farel).
Alexa : “Kalian kok malah tunjuk-tunjukkan. Sebenarnya siapa?” (marah).
Alya, Ratih, Aldo,Tiara : “Farel.”
Farel : “Lo, kok aku? Sembarangan kalian!”
Alexa : “Sudah, tidak usah banyak Bicara! Awas ya kamu!”
Semua : “Mengumpat tertawa.”
Dan setelah itu mereka berpisah untuk mencari kayu bakar dan air.
Farel : “Baiklah, mari kita bagi tugas untuk mengumpulkan kayu bakar dan mengambil air. Aldo, kau dan Alexa ikut aku mencari kayu bakar, sisanya tolong ambil air di sungai!”
Alexa : “Ih, malas. Masak aku sama Farel!”
Alya : “Udah, terima aja.”
Aldo : “Tapi, masak kita meninggalkan anak-anak perempuan ini sendirian, Rel!” (memprotes).
Farel : “Biarlah, sungai kan tak begitu jauh.”
Aldo : “Walaupun begitu mereka ini perempuan!” (marah).
Alya : “Udah gak apa-apa kita berani kok…”
Alexa : “Beneran nih? Gak nyesel?” (mengejek)
Alya : “Iya, iya! Lagian gak ada apa-apa kok!”
Alexa : “Nanti, kalo ada pocong gimana? Hih… atut….”
Alya : “Mana mungkin ada setan siang-siang begini.”
Aldo : “Bisa aja, kalo setannya buta gimana?”
Alya : “Ih, maksa!”
Ratih : “Tenang saja, kan ada aku!”
Akhirnya Alya, Tiara, dan Ratih berpisah dengan yang lain untuk melakukan tugas masing-masing. Mereka bertiga berjalan menuju sungai melalui jalan yang secara asal mereka lalui.
Ratih : “Sudah jauh nih kita berjalan, mana sih sungainya?” (sambil mengatur nafas karena kecapekan)
Tiara : “Iya nih, capek banget lagi!” (mengusap keringat di wajah).
Alya : “Aduh, kebelet pipis lagi! Bentar ya!” (berjalan menjauh menuju semak-semak).
Sementara itu ketika Alya sedang Buang air kecil, Tiara dan Ratih di dekati dua orang. Yang satu laki berperawakan besar, sedangkan yang satu lagi perempuan.
Nesya : “Burung gagak kena burik, mau tidak kalian kami culik?” (pantun).
Tiara : “Ih, mbaknya aneh ya, mau menculik pakai pantun segala!”
Ramon : “Bodoh, bukan begitu Nesya!” (kecewa) “Begini, tutup mulut kalian atau kami tembakkan pistol ini!” (menggertak, mengarahkan pistol ke jidat Ratih).
Ratih : “Huh, gak takut!! Masak mau nyulik pake pistol mainan! Itu sih, kayak punya adikku.” (tertawa, tangan dipegang Ramon).
Ramon : “Hah? Kok bisa?! Gimana sih kamu ngambilnya!! Bodoh!” (memarahi Nesya).
Nesya : “Habis yang asli aku lupa naruhnya, jadi aku ambil aja itu yang ada di atas meja.”
Ratih : “Lari….!!” (melarikan diri bersama Tiara).
Nesya : “Lo, kok malah pada lari!” (sedih).
Ramon : “Ya dikejar Nesya…” (menangis karena anak buahnya bodoh).
Nesya : (berlari mengejar diikuti Ramon) “Aduh, pagi-pagi udah disuruh lari-lari!” (mengeluh).
Tiara : “Aduh!!” (terjatuh).
Ratih : “Kamu gak apa-apa?”
Ramon : “Ayo tangkap mereka!! Wu…wu…wu..” (semangat gaya Indian).
Nesya : “Wu….wu…wuu…” (ikut-ikutan semangat hingga Tiara dan Ratih tertangkap).
Pada saat itu Alya telah kembali. Akan tetapi, ia melihat kejadian tersebut dari kejauhan sehingga dengan segera ia bersembunyi di balik sebuah pohon.
Ramon : “Nesya, tutup mulut mereka!” (sambil menahan tangan Ratih).
Nesya : “Baik.” (Menutup mulut Tiara dan Ratih dengan kedua tangannya).
Ramon : “Bukan begitu Nesya, tutup mulut mereka pakai plester!” (sangat sedih).
Nesya : “O begitu, bilang dong dari tadi!” (menutup mulut Tiara dan Ratih menggunakan plester).
Tiara : (ketakutan hingga pingsan).
Ratih : (berusaha melepaskan diri untuk menolong Tiara, tetapi tak berhasil) “Uhmm… Ummmm……Umm!!”
Nesya : “Ha…ha….ha… dasar bodoh!! Pakai acara pingsan segala.” (tertawa).
Ramon : “Ayo kita pergi dari sini!! Papah anak bodoh itu Nesya!” (berjalan pergi sambil menyeret Ratih).
Alya sangat ketakutan, ia berlari menjauh dari arah perginya penculik-penculik tersebut. Meski tersandung-sandung akar pohon, Alya berusaha untuk mencari Farel dan yang lainnya.
Alya : “Tolong……Tolong!!!” (berteriak sambil lari tergesa-gesa). “Aldo, Alexa, Farel… dimana kalian?”

Scene 6 (setting: hutan cemara)
Sementara itu, Aldo, Alexa, dan Farel telah kembali ke tenda.
Alexa : “Lama sekali yang lain!” (bosan)
Farel : “Iya nih, ada apa ya?” (cemas)
Aldo : “Ayo, cepat kita susul mereka!” (berdiri dari jongkok, lalu pergi mencari Tiara, Ratih, dan Alya).
Alexa : “Dasar lamban, ayo apa lagi? Cepat bantu Farel!”
Farel : (bengong) “Kamu?”
Alexa : “Ya kita berdua, bodoh!” (marah)
Akan tetapi, karena terlalu lama, mereka tak dapat mengejar Aldo. Sehingga mereka harus berpisah pula dengannya.

Scene 7 (setting: hutan cemara)
Telah jauh sekali Aldo mencari ketiga temannya.
Aldo : “Tiara….. dimana kalian?” (berteriak sambil berjalan cepat hingga jatuh tersandung batu) “Aduh, batu sialan!” (menggerutu) “Ratih……Alya……….. dimana kalian?”
Sayup-sayup ia mendengar teriakan Alya dan ia berusaha berlari ke arah suara tersebut. Namun, tiba-tiba kaki Aldo kram dikarenakan saat dia jatuh.
Aldo : “Auw, heh..!!!” (menggerutu)

Scene 8 (setting: hutan cemara)
Pada saat itu, Alexa dan Farel mendengar teriakan Alya. Lalu mereka berlari mendekati arah suara tersebut hingga akhirnya mereka bertemu dengan Alya.
Alya : “To…tolong…Tiara….Tiara dan Ratih… heh….heh…” (terengah-engah kecapekan)
Alexa : “ Mereka kenapa?” (cemas)
Alya : “Me…mereka….” (terengah-engah)
Farel : “Tenang, tenangkan dirimu dulu!”
Alya : “Mereka diculik!” (gaya ikan Dancow).
Farel dan Alexa : “Apa, mereka diculik?” (kaget)
Alya : “I,iya… maafkan aku gak bisa jaga mereka…” (menangis)
Alexa : (marah) “Ini salahmu!! Mengapa kau biarkan gadis-gadis ini sendirian?” (menunjuk Farel) “Dasar pengecut!!”
Farel : “Jangan seutuhnya salahkan aku!!! Ini berada di luar dugaan…” (membela diri)
Alexa : “Masa bodoh!!!” (acuh)
Alya : “Sudah,sudah!! Sebaiknya kita beri tahukan hal ini pada Bu Made.”
Farel : “Jangan, jangan bikin Bu Made cemas!”
Alexa : “Dasar bodoh! Emang kamu bisa melakukan apa?”
Alya : “Kalau begitu, sebaiknya kita cari Aldo terlebih dahulu karena ia lebih akrab dengan Bu Made.”
Akhirnya mereka bertiga bergegas mencari Aldo.
Alexa : “Aldo….. dimana kamu?” (berteriak)
Farel : “Aldo….!!” (teriak)
Aldo : “Aku di sini!!” (berteriak dari kejauhan).
Dengan segera mereka bertiga menghampiri Aldo.

Scene 9 (setting: rumah penculik)
Sementara itu, kedua penculik itu telah membawa Tiara dan Ratih ke sebuah rumah yang berada di dekat hutan itu.
Nesya : “Hey, bangun bodoh!” (membangunkan Tiara hingga kaget)
Tiara : “Dimana ini?” (bingung)
Nesya : “Tak perlu kau tahu! Ha…ha…”
Ratih : “Siapa kalian? Apa mau kalian?” (ketakutan)
Ramon : “Ha….Ha…Ha….aku Ramon, tak ada yang dapat mengalahkanku!” (tertawa)
Nesya : “Ha….Ha…Ha….begitu pula denganku! Ha…ha….ha…..!” (tertawa)
Ketika itu datang seekor kucing. Ternyata Nesya sangat ketakutan dan berlari menghindar. Hal tersebut membuat Tiara dan Ratih tersenyum geli.
Ramon : “Jaga mereka Nesya! Lebih baik aku meminta tebusan pada ibunya. Ha…ha…!!” (menunjuk Tiara).
Nesya : “Tepat sekali kau Ramon. Ha…ha…!”
Kemudian Ramon pergi untuk menelopon Bu Made.
Ibu : “Dengan Ibu Made di sini.” (mengangkat telapon)
Ramon : “ha…ha…ha… bagaimana kabarmu Made?” (memegang gagang telepon)
Ibu : “Siapa Anda?” (penasaran)
Ramon : “Sudahkah kau lupa padaku Made?”
Ibu : “Jawablah siapa Anda?” (suara mengeras)
Ramon : “Ramon. Ingatkah kau?”
Ibu : “Ramon yang…”
Ramon : “Ya, aku Ramon saingan kerja suamimu dulu. Ha..ha..ha….. sekarang saatnya pembalasanku Made!”
Ibu : “Maksudmu?” (cemas)
Ramon : “Sekarang putrimu ada di tanganku. Sediakanlah uang 500 juta bawa ke jalan Ikhlas besok jam 3 sore. Jangan coba-coba bawa polisi, kalau tidak nyawa anakmu akan terancam. Ha…ha….!!”
Ibu : “Tunggu….” (berusaha memutus pembicaraan, tetapi hubungan telepon telah putus). “Ya Tuhan!!” (mencoba menelpon seseorang.) “Halo.”
Farel : “Halo, ada apa tante?” (bingung)
Ibu : “Gak usah berlagak kamu!! Sekarang di mana Tiara?” (marah)
Farel : “Ti…Ti…Tiara ada kok tante.” (berusaha tenang)
Ibu : “Dimana dia sekarang?” (membentak)
Farel : “Ma… maaf tante, Tiara diculik.” (tiba-tiba sambungan telepon putus).
Scene 10 (setting: rumah penculik)
Ketika ditinggal pergi Ramon, Nesya menjaga Tiara dan Ratih seorang diri.
Ratih : “Ayo lakukan rencana kita.” (berbisik ke telinga Tiara)
Tiara : (menatap ke arah Nesya, seakan penglihatannya menuju ke arah belakang tubuh Nesya) “Pussy..” (seakan memanggil seekor kucing).
Nesya : “Waa…kucing..!!!!” (lari terbirit-birit)
Tiara : “Ketipu deh!!” (bersama Ratih melarikan diri)
Semenit kemudian Ramon datang dan terkejut begitu melihat ruangan tersebut hanya berisi Nesya yang menangis di sudut ruangan.
Ramon : “Di mana mereka?” (berang)
Nesya : “Me..mereka melarikan diri …. Uwaa!!” (menangis)
Ramon : “Dasar bodoh!! Gimana bisa terjadi?” (naik pitam)
Nesya : “Mereka tau kalo aku phobia kucing….hiks…”
Ramon : “Bodoh, kejar dong!” (lari berbalik dengan tergesa-gesa hingga tidak sadar bahwa pintunya ditutup sehingga tubuhnya terbentur pintu tersebut)
Nesya : (tertawa geli) “Ayo dong kejar!” (melompati Ramon yang jatuh, lalu berlari ke luar ruangan).

Scene 11 (setting: hutan cemara)
Sementara itu , di hutan cemara….
Farel : “Apa yang terjadi Aldo?” (cemas)
Aldo : “Oh, aku Cuma tergelincir kok! Ini juga udah baikan!” ( duduk, meringis, kemudian menoleh ke arah Alya) “Lo Alya, di mana Ratih dan Tiara?”
Alya : “Maaf Al, mereka diculik.” (sedih)
Aldo : “Apa?” (kaget)
Alexa : “Semua ini salahmu Rel!” (meremas kerah baju Farel dan berusaha memukulnya, tetapi tertahan oleh tangan Aldo)
Aldo : “Sudah, jangan sesali yang udah terjadi!”
Farel : “Tapi tetap aja dia penyebabnya!” (marah)
Alya : “Sudaa…ahh!!!” (berteriak marah)
Aldo : “Sekarang yang perlu kita lakukan adalah mencari tahu ke mana penculik-penculik itu membawa Ratih dan Tiara!”
Alexa : “Di mana mereka diculik, Alya?” (masih marah)
Alya : “Ayo ikut aku!” (berlari ke arah tempat Tiara dan Ratih diculik. Aldo, Alexa, dan Farel mengikuti dari belakang)

Scene 12 (setting: hutan cemara)
Aldo, Alexa, Farel, dan Alya telah sampai di tempat kejadian penculikan Ratih dan Tiara.
Farel : “Sial, mereka pasti sudah jauh.” (cemas)
Aldo : “Ayo berpencar, barangkali mereka meninggalkan jejak!”
Keempat anak itu berpencar di sekeliling daerah itu untuk mencari bekas-bekas pencuri-pencuri itu. Tiba-tiba saja Aldo menemukan gelang Tiara yang terlepas.
Aldo : “Hai, lihat!” (berteriak)
Farel : “Ada apa?” (berlari mendekati Aldo)
Aldo : “Lihat ini!” (menunjukkan gelang milik Tiara kepada teman-temannya)
Alexa : “Sial!” (memukul telapak tangannya sendiri) “Ayo kejar meraka, mungkin saja belum jauh!”
Aldo : “Iya, tapi ke mana mereka membawa Tiara dan Ratih?”
Alexa : (menatap kamera) “Teman-teman, kita butuh bantuan kalian. Ke mana para penculik itu membawa Tiara dan Ratih? Ke sana? Atau ke sana? (gaya Dora) “Betul, ke sana!” (menunjuk jalan ke arah jalan raya).
Mereka telah mencari hingga tepi hutan, tetapi tidak berhasil menemukan Tiara dan Ratih. Namun, tanpa sengaja mereka bertemu dengan Bu Made yang telah menyusul ke hutan itu.
Ibu : (melihat Farel kemudian menghampirinya dan memaki-makinya) “Dasar anak muda gak punya tanggung jawab! Coba kalo kamu tidak maksa Tiara untuk ikut, semua ini tidak bakal terjadi kan!” (marah sambil menunjuk-nunjuk Farel)
Alexa : (senang melihat Farel dimaki-maki)
Farel : “Iya, tapi….”
Ibu : “Alah!” (berusaha mendorong Farel, tetapi malah terpeleset) “Kamu ini memang pembuat sial!” (sangat marah)
Alya, Alexa, dan Aldo: (mengumpat tertawa)
Farel : “Saya akan menemukan mereka!” (berteriak)
Ibu : (kaget)

Scene 13 (setting: hutan cemara)
Sementara itu Ramon dan Nesya telah berhasil mengejar Ratih dan Tiara. Sehingga terjadilah acara kejar-kejaran.
Ratih : (mengeluarkan kelereng dari dalam ransel dan melemparkannya ke belakang sehingga Ramon dan Nesya menjadi terpeleset)
Ramon dan Nesya: (terpeleset kemudian mengejar lagi)
Akhirnya Ratih dan Tiara berlari ke tengah hutan dengan cepat sehingga Ramon dan Nesya tertinggal jauh. Akhirnya Tiara dan Ratih bertemu dengan Bu Made dan teman-temannya.
Tiara : “Mami….!!” (menangis, berlari ke arah ibunya)
Ibu : “Kamu gak apa-apa kan?”
Tiara : “Gak apa-apa Mi, tapi…”
Ratih : “Cepat, penculik-penculik itu sudah dekat!”
Alexa dan Alya: “Apa?”
Aldo : “Lari..!!!” (semua berlari, tetapi Aldo dan Alexa terpisah dari kawan-kawannya).
Nesya : “Kejar mereka berdua saja, Ramon!” (berlari mengejar Aldo dan Alexa).
Ramon : “Jangan! Tujuan kita adalah Tiara!”
Nesya : “Gak mau!” (tetap mengejar Aldo dan Alexa).
Terjadilah dua peristiwa kejar-kejaran. Nesya mengejar Aldo dan Alexa, sedangkan Ramon mengejar Bu Made, Tiara, Ratih, Farel, dan Alya. Saat itu…
Alexa dan Aldo : “Wa……!!” (berlari ketakutan).
Nesya : “Wu….wu…wu…” (mengejar dengan gaya Indian, tetapi tiba-tiba ia kehilangan jejak mereka).
Alexa dan Aldo: (menyamar menjadi patung di sebelah patung asli dengan menggunakan pakaian hitam).
Nesya : “Di mana ya mereka?” (berhenti di depan patung).
Alexa : “Tu….utt” ( kentut).
Nesya : “Suara apa tuh?” (bingung).
Farel : “Wah bau….!!” (berlari).
Nesya : (menoleh ke arah Alexa).
Alexa : “he….” (meringis, kemudian berlari) “Wa… lari…!!”
Sementara itu…..
Alya : “Cepat sembunyi sini!” (berlari ke arah dinding suatu rumah kemudian mengeluarkan kain putih untuk bersembunyi mereka).
Ramon : “Ke mana mereka? Kok tiba-tiba hilang!” (berhenti di dekat dinding kemudian berlari mencari kembali).
Ratih : “1….2….3….” (berbisik).
Ibu : “Lari……!!” (berteriak).
Ramon : (mendengar suara Bu Made lalu berbalik mengejar mereka).
Dalam peristiwa kejar-kejaran itu, Aldo dan Alexa kembali bertamu dengan teman-temannya. Namun, Ramon dan nesya tidak berhasil mengejar mereka. Saat itu…
Ramon : “Di mana mereka?” (bergumam sambil berjalan mundur).
Nesya : (berjalan mundur dari arah yang berlawanan hingga akhirnya mereka bertabrakan).
Ramon dan Nesya: “Wa…..!!!” (kaget dan masing-masing berlari ketakutan).
Setelah sadar akhirnya mereka saling mendekat.
Ramon : “Nesya?”
Nesya : “Ramon? Kamu tuh jangan ngagetin gitu dong!!”
Ramon : “Kamu itu yang ngagetin, jelek!”
Nesya : “Ih, kamu itu yang jelek. Ramon jelek terjepit ketek gak bisa melek, wee…ekk!” (mengejek).
Ramon : “Kamu itu udah berani ya sama aku!” (marah, mengambil ranting untuk memukul Nesya).
Nesya : (berlari).
Ramon : (mengejar) “Sini jelek, tidak usah berlari ya!”
Nesya : “Wa…!!” (berlari dan bersembunyi di balik pohon).
Ramon : (mencari dari pohon ke pohon hingga akhirnya menemukan Nesya).
Nesya : “Stop…stop…!!” (menhentikan Ramon sebelum akhirnya berhasil memukulnya) “Kita ini mau menculik apa mau main kejar-kejaran sih?”
Ramon : “Iya ya? Ya udah ayo kita kejar mereka!”
Ramon dan Nesya: (berlari mencari Aldo dan kawan-kawan sambil berteriak gaya Indian kesukaan mereka) “Wu….wu…wu…”
Sementara itu Aldo dan kawan-kawan telah bersembunyi untuk membuat jebakan. Hingga akhirnya Ramon dan Nesya telah sampai ke tempat tersebut.
Farel : (mengambil tali di dalam tasnya) “Aldo tangkap!” (melemparkan tali ke arah Aldo)
Kemudian, bugh….. mereka jatuh tersandung perangkap Farel dan Aldo. Kemudian kedua penculik itu diikat di sebuah pohon. Dan Nesya menjadi pingsan karena seekor kucing diletakkan di dekat Nesya oleh Tiara.
Semua : “Ha…ha…ha…!!” (tertawa)
Tiara : “Makasih ya Rel, kamu sudah nolong kami!”
Farel : “Udah gak apa-apa kok, kan aku yang menyebabkan semua ini!”
Ibu : “Maaf ya, ibu udah berburuk sangka sama Nak Farel!”
Kemudian mereka semua kembali ke kota. Dan kedua penculik tersebut telah diamankan oleh polisi.


----------tamat----------

Tidak ada komentar: